Kamis, 03 Mei 2012

Rem Sikap Buruk Anda di Depan Anak

Kerap kali orang tua dan kaum dewasa melakukan beberapa hal dengan atau tanpa sengaja di depan anak. Bila itu baik, tak masalah. Namun jika jelek, kontan menjadi contoh buruk bagi anak-anak dan pemuda di lingkungan setempat.

"Bilang saya tidak ada di rumah," begitu kadang para orang tua berpesan kepada pasangannya, pembantu, bahkan pada anak mereka sendiri ketika telepon berdering.Meski kita menganggap sepele, namun kita sudah memberi contoh bagaimana berbohong kepada anak.

Ketika mereka melihat orang tua berbohong dengan mudah, mereka pun akan berkata pada diri sendiri, "Boleh kok berbohong. Ayah dan ibu juga melakukan itu,".

Orang tua harus lebih sadar akan peran sebagai contoh bagi anak-anak. Soal telepon misal, kita bisa menghindari 'kebohongan sepele berakibat besar' dengan mengeset identitas pemanggil dalam ponsel anda.

Bila itu telepon rumah, cukup beri pesan pada pengangkat telepon jika anda tidak bisa berbicara saat ini, atau tak usah diangkat Bukan sebaliknya meminta orang yang di rumah atau bahkan anak untuk mengatakan anda tidak ada dirumah. Pikirkan cara apa pun, tapi tidak pernah berbohong.

Banyak hal-hal kecil lain yang orang dewasa lakukan sesungguhnya memberi contoh buruk tanpa mereka pernah sadari. Mengingatkan diri adalah salah satu cara jitu orang tua terhadap peran mereka. Memang manusia tak luput dari alpa, namun ada beberapa wilayah 'merah' di kehidupan kita sehari-hari yang terutama, sebisa mungkin harus dijaga. Berikut yang perlu dihindari, saran dari situs keluarga islami, Zawaj.com

Membuat janji salah kepada anak

Contoh sederhana, orang tua tidak seharusnya berkata, "Saya akan belikan kamu es krim bila kamu jadi anak baik,". Terlebih jika anda tidak benar-benar bermaksud mengajak mereka ke toko es krim. Itu juga bentuk kebohongan. Bila anda melakukan, anak-anak akan kehilangan rasa percaya terhadap semua yang kita katakan.

Adu mulut dengan pasangan di depan anak.

Bayangkan,apa yang dirasakan anak-anak melihat ibu dan ayah mereka berteriak satu sama lain, apalagi sampai saling memukul? Horor mencekam macam apa yang mereka rasakan saat itu. Bagaimana pula mereka tahu apa yang harus dilakukan dan mengatasi perasaan usai kejadian Akankah mereka bisa merasakan hubungan penuh kasih dengan ayah dan ibu setelah melihat orang tua mereka bersikap kasar dan menyakiti satu sama lain?

Jika kesalahan terlanjur terjadi dan anda sadar kemudian, segera perbaiki. Pastikan anda ikut sertakan anak anda bahkan meminta maaf kepada mereka atas sikap anda sebagai orang tua yang tidak matang dan tidak Islami tersebut. Insya Allah, mereka akan menghargai kita. Hanya perhatikan syarat utama, akuilah anda salah di depan anak dan lakukan dengan tulus.

Mengolok orang lain.

Pernahkan anda tiba-tiba di depan anak anda berkata, "Hei lihat itu si jelek di sana..ha ha ha,". Sebaiknya segera singkirkan itu, atau bisa-bisa anak-anak dapat menganggap itu perilaku yang sah-sah saja. Suatu saat ketika tiba-tiba pula anda melihat anak anda berkomentar buruk tentang orang lain dan yang dikomentari merasa dipermalukan, anda mesti ingat, bisa jadi andalah yang mengajari mereka bertingkah seperti itu.

Menggosip

Kita tidak boleh menggosip atau berkata jahat tentang orang lain dibelakang mereka. Meski si korban gosip mungkin tak mendengar, tapi anak kita mungkin mendengar. Lagipula bergosip dilarang kerasa dalam agama. Mereka akan melihat kita, orang tua, memakan daging saudara dan saudari yang kita gosipkan, dan itu sangat mempengaruhi mereka di berbagai arah.

Ada beragam reaksi anak, mereka mungkin akan menanggap itu sekedar perilaku normal, namun dalam kadar ekstrim, mereka bisa-bisa muak dengan orang tua mereka karena berperilaku macam itu. Baik di kedua sisi anak anda akan terpengaruh secara negatif.

Mendengar siaran radio atau tayangan TV buruk

Ke depan, ketika anda mengatakan kepada anak untuk tidak menonton acara penuh kekerasan dan adegan seronok di TV, namun orang tua lanjut-lanjut saja, mereka akan melihat kita munafik. Anak bisa kehilangan rasa hormat gara-gara itu.

Orang tua memang harus berupaya keras, karena apa yang diperbuat orang tua akan memiliki dampak besar terhadap perilaku anak. Tentu anda tidak ingin mendengar anak anda berdalih, "Ini bukan yang dikatakan ayah dan ibu, tapi ini apa yang dilakukan ayah dan ibu,"

Membesarkan anak memang tanggung jawab luar biasa besar. Namun bila ingin berhasil, antara tindakan dan kata-kata mestilah sebangun. Sebagai manusia memang tak luput dari kesalahan. Tapi sebisa mungkin, jangan lakukan di depan anak.

Sumber: republika.co.id

Rabu, 02 Mei 2012

Sambutan Mendikbud Pada Hari Pendidikan Nasional 2012

SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2012
RABU, 2 MEI 2012

Logo Hardiknas 2012

Assalamualaikum warahamtullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan dan kecintaan sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.

Melalui peringatan ini, perkenankan saya, atas nama Pemerintah, ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya atas segala ikhtiar, kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan. Dalam kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan ‘’Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2012”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan menjadi semakin berkualitas dan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan semakin terbuka dan dapat segera terwujud.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada peringatan Hari Pendidkan Nasional tahun ini, kita patut bersyukur karena bidang kebudayaan telah kembali ke “rumah besar” pendidikan setelah terpisah lebih dari sepuluh tahun. Kementerian ini, terhitung sejak 20 Oktober 2011 lalu telah berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011, tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Sejatinya, kebudayaan memang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Demikian pula sebaliknya, pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Ibarat dua keping mata uang. Yang satu dengan lainnya memiliki makna dan nilai yang sama; tidak bisa dipisahkan karena di dalam proses pendidikan ada penanaman nilai-nilai budaya menyertainya.

Sudah tentu tambahan amanah ini jangan diartikan sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk menyempurnakan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antarperadaban atau terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.

Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kita semua harus bersyukur bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga .

Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Sudah tentu hal ini tidak kita inginkan.

Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Untuk mempersiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistemiatis, yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu, mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal (PMU) yang insya Allah akan dimulai tahun 2013.

Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik.

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Akhirnya, kami mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita tanam dan semai dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal kebajikan.

Kita semua ingat ungkapan bijak, ”Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meskipun kamu tahu esok akan mati.” dan “Siapa yang menanam, dia yang akan memetik”. Marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu.
Amin. Terima kasih.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Jakarta, 2 Mei 2012
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan



Mohammad NUH

Note: Pidato dalam format pdf bisa di download disini.

Senin, 30 April 2012

Info Olimpiade Sains, Bahasa, Dan Agama

PANDUAN PELAKSANAAN
OLIMPIADE SAINS, BAHASA, DAN AGAMA
TINGKAT MI, MTs, DAN MA SE-JAWA TIMUR TAHUN 2012

Latar Belakang

Peningkatan pelayanan dan kualitas pendidikan perlu terus diupayakan melalui pembinaan dan evaluasi secara kontinyu dan berkesinambungan. Untuk itu, proses pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan perlu penanganan yang serius dan penuh tanggung jawab dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang selaras dengan situasi dan kondisi yang ada

Salah satu kegiatan yang relevan dengan hal tersebut di atas adalah kegiatan Olimpiade Sains, Bahasa, dan Agama Tingkat MI, MTs, dan MA Se-Jawa Timur, sebagai ajang kompetisi bagi peserta didik yang sekaligus merupakan kegiatan evaluasi terhadap hasil pembinaan selama ini yang dilakukan oleh masing-masing madrasah di Lingkungan Provinsi Jawa Timur.

Dasar Pelaksanaan
  1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. 
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.
  3. Surat Edaran Dirjen Pendis, Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI No.DT.I.I/5/PP.006/235A/2012 Tentang Pemberitahuan Rencana Pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah Nasional 2012
Tujuan
  1. Menumbuhkembangkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan siswa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. 
  2. Meningkatkan wawasan pengetahuan, kemampuan, kretifitas, dan kerja keras untuk mengusai ilmu-ilmu Sains, Bahasa, dan Agama. 
  3. Meningkatkan motivasi belajar dan intelektual siswa Madrasah.
  4. Menanamkan ukhuwah Islamiyah antar keluarga besar Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. 
  5. Meningkatkan motivasi pelaksanaan program pembinaan peningkatan prestasi siswa Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. 
  6. Menentukan perwakilan Provinsi Jawa Timur pada Olimpiade sains MTs dan MA di Tingkat Nasional ( tanggal 25 29 Juni 20112 ).
Sasaran
  1. Siswa MI ( Negeri/Sawsta ) Se Jawa Timur. 
  2. Siswa MTs ( Negeri/Swasta ) Se Jawa Timur. 
  3. Siswa MA ( Negeri/Swasta ) Se Jawa Timur
Hasil Yang Diharapkan 
  1. Terciptanya suasana kompetisi yang sehat antar siswa Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. 
  2. Terciptanya peningkatan mutu pendidikan Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. 
  3. Terciptanya kesadaran siswa, dan guru terhadap pentingnya inovasi dan kreatifitas dalam belajar.
  4. Terpilihnya perwakilan Provinsi Jawa Timur pada Olimpiade Sains Tingkat MTs dan MA di Tingkat Nasional pada tanggal 25-29 Juni 2012.
Waktu dan Tempat Kegiatan

Olimpiade Sains, Bahasa, dan Agama Tingkat MTs dan MA Se-Jawa Timur Tahun 2012 dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2012, sedangkat Tingkat MI Se-Jawa Timur tanggal 23 Mei 2012, bertempat di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jl. Manyar Kertoadi No. 1 Surabaya.

Untuk Info (Edaran) selangkapnya bisa download file pdf disini.

Minggu, 29 April 2012

Karakter Anak Bermasalah

Karakter Anak Bermasalah

Mungkinkah mengetahui dan memastikan apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10 menit pertama saat kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin”.

Keluarga, adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak diIndonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Manusia berbeda dengan binatang (maaf..) seekor anak kucing yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek emosi. Saya tidak akan meneruskannya, kita akan bahas dikesempatan lainnya, kini kita kembali ke cara mengetahui ciri anak bermasalah.

Usia 7 tahun kebawah? Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah atau asal muasal masalah / hambatan seorang manusia tercipta. Istilah kerennya Mental Block. Karakter yang menghabat pencapaian cita-cita pribadi kita. Dan biasanya akan terasa pada usia 22 tahun ke atas. Woo… segitunya? Ya Mental Block seperti program yang seakan-akan dipersiapkan (karena ketidak sengajaan dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk menghambat berbagai macam aspek dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa Karier (takut kaya, takut jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi) Relationship (tidak gampang cocok dengan pasangan/teman, paranoid) dan lain hal, serta masih banyak lagi.

Ada apa dengan tujuh tahun kebawah dan disekitar tujuh tahun pertama kehidupan manusia? Pada masa ini kita membutuhkan, kebutuhan dasar Emosi yang harus terpenuhi ingat HARUS terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi maka, akan terjadi Mental Block pada diri anak tersebut. Inilah asal muasal dimana Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar Emosi yang dibutuhkan seorang manusia. Kebutuhan apa yang dibutuhkan pada anak seusia itu? Sehingga fatal akibatnya (pada masa dewasa anak tersebut) jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.

Ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak usia 0 – 7 tahun bahkan lebih, cara ini adalah kunci dalam pendidikan karakter, agar karakter anak kita bisa tumbuh dan berkembang maksimal. Disamping itu ketiga hal inilah asal muasal Mental Block yang sering kali terjadi atau terasa sangat menganggu pada saat anak tersebut dewasa. Yaitu :
  1. Kebutuhan akan rasa aman
  2. Kebutuhan untuk mengontrol
  3. Kebutuhan untuk diterima
Tiga kebutuhan dasar emosi tersebut harus terpenuhi agar anak kita menjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat menghadapi hidup. Ini akan sangat panjang sekali jika dijelaskan, nah mengingat kita membahas ciri – ciri karakter anak bermasalah maka kita akan kembali ke topic tersebut.

Kurang lebih ada enam (6) ciri karakter anak yang bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang nampak maka, kita sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar” dikehidupan yang akan datang (baca: semakin dewasa) dan secepatnnya dapat melakukan perbaikan. Inilah ciri-ciri karakter tersebut :

1. Susah diatur dan diajak kerja sama

Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.

Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.

2. Kurang terbuka pada pada Orang Tua

Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.

3. Menanggapi negatif

Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.

4. Menarik diri

Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.

5. Menolak kenyataan

Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.

6. Menjadi pelawak

Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?

Semoga bermanfaat.

Jumat, 20 April 2012

Beasiswa Kedokteran Khusus Santri

Beasiswa Kedokteran Khusus Santri
Okezone MALANG - Universitas Islam Malang (Unisma) membuka program beasiswa untuk Fakultas Kedokteran khusus alumni pondok pesantren.

Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Unisma Pardiman, program yang baru dibuka tahun ajaran 2012 ini memang khusus untuk menarik calon mahasiswa dari kalangan pesantren.

Salah satu persyaratannya, kata Pardiman, adalah mereka harus benar-benar lulusan pondok pesantren. Hal ini dibuktikan dengan surat rekomendasi dari pengasuh pondok pesantren tempat calon mahasiswa itu belajar. "Kami juga tetap melakukan tes bagi mereka yang mengambil beasiswa itu," ujar Pardiman, Kamis (19/4/2012).

Pardiman menjelaskan, program beasiswa ini merupakan program Kementerian Agama (Kemenag) dan Unisma mendapatkan kuota 40 santri.

Diakui Pardiman, lulusan pesantren yang masuk ke Fakultas Kedokteran sangat minim karena terkendala biaya dan kurang diakomodasi. Padahal, banyak santri yang bercita-cita menjadi dokter. Sehingga, program ini diharapkan dapat membantu peningkatan keilmuan di bidang kedokteran bagi santri.

Menariknya, program beasiswa ini juga mewajibkan santri yang telah lulus kuliah mengabdi di pondok pesantren tempatnya belajar dahulu, minimal dua tahun. Pengabdian ini dimaksudkan untuk membantu warga di sekitar pondok pesantren dan para santri lainnya sebagai salah satu timbal balik bagi pesantren yang telah memberikan rekomendasi.(rfa)

Kamis, 19 April 2012

The Devils Are In The Details

KOMPAS.com - The devils are in the details adalah sebuah peribahasa yang menggambarkan, bahwa detail yang terlihat kecil dan sederhana bisa sangat berpengaruh terhadap hal yang lebih besar. Detail bisa menjadi sesuatu sangat penting. Hal tersebut juga berlaku di dunia pendidikan.

The Devils Are In The Details
FOTO: M. LATIEF/KOMPAS.com
Di dunia pendidikan, detail misalnya, adalah apa yang terjadi di dalam kelas, apa yang dibaca oleh siswa, kapasitas masing-masing guru dalam menyampaikan pembelajaran dan juga praktek pembelajaran (di dalam maupun luar kelas) itu sendiri. Itu semua sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia secara keseluruhan. Apa yang siswa pelajari hari ini akan membentuk pemikirannya di masa yang akan datang.

Pada pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan (3/3/2010), Pak Nuh (Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan) mengungkapkan, "Potensi-potensi yang berupa kekuatan batin, karakter, intelektual, serta fisik. Semua itu harus kita integrasikan menjadi sesuatu kekuatan dari sang anak," (Kompas.com/3/3/2010).

Sebenarnya, pernyataan Mendikbud tersebut dan berbagai slogan lainnya, seperti "Pentingnya Pendidikan Karakter" tidak ada artinya saat berbagai detail dalam keseharian dunia pendidikan Indonesia tidak diperhatikan. Pemerintah juga harus memperhatikan hal ini.

Kasus seperti beredarnya Lembar Kerja Siswa (LKS) berkualitas rendah di sekolah-sekolah di Indonesia (termasuk di sekolah negeri) merupakan salah satu contoh bagaimana pemerintah lalai memperhatikan detail dalam kondisi pendidikan di Indonesia.

Puncak gunung es

Kasus terungkapnya materi LKS untuk siswa kelas 1 dan 2 SD mengenai "Istri Simpanan" dan "Si Angkri", yang isinya tidak mendidik, hanya puncak dari gunung es. Para pengamat dan praktisi pendidikan sudah lama tahu mengenai beredarnya LKS dan buku pelajaran yang rendah kualitasnya di sekolah-sekolah di Indonesia. Mereka sudah memprotes masalah ini sejak lama, meskipun kasusnya belum terungkap seheboh sekarang.

Beberapa tahun lalu, saat Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ) masih bernama Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ), sudah ada materi ajar beredar di SD di Jakarta yang berisi mengenai pentingnya pusat perbelanjaan untuk warga kota. Di dalam salah satu buku yang digunakan untuk pengajaran di dalam kelas itu tertulis:

"Dibangunnya pusat perbelanjaan yang non-tradisional (moderen) merupakan kebutuhan warga kota. Warga kota menghendaki keamanan dan kenyamanan berbelanja. Di kota-kota seperti Jakarta banyak dibangun pasar swalayan (supermarket). Pasar swalayan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berbelanja di pasar swalayan akan merasa aman dan nyaman. Tempatnya bersih sejuk, serta pelayanannya memuaskan. Di sana tidak terjadi permainan harga sehingga pembeli tidak merasa dirugikan,"

Di dalamnya juga disebutkan berbagai nama pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta.

"Tempat perbelanjaan moderen di Jakarta, misalnya Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara, Plaza Senayan di Jakarta Pusat, Pasaraya Manggarai di Jakarta Selatan, dan Supermarket Hero,"

Penggunaan bahan ajar yang sedemikian rupa sama sekali tidak membantu siswa untuk bisa menjadi lebih tercerdaskan. Kalaupun siswa ingin diajak belajar mengenai pusat perbelanjaan, seharusnya mereka diminta mewawancarai petugas kebersihan di sana, manajer, dan sebagainya. Mereka bisa diminta untuk menganalisis jam kerja berbagai pegawai serta, misalnya, perbedaan gaji yang diperoleh kedua pihak.

Kasus semacam ini terjadi semenjak lama. Apakah pemerintah tahu hal ini? Apakah Pemerintah benar-benar tahu kondisi pendidikan Indonesia di lapangan?

Beredarnya LKS dan buku pelajaran yang rendah kualitasnya sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Materi-materi semacam ini beredar di banyak sekolah di Indonesia. Lucunya, pemerintah seakan-akan kaget dengan hal ini. Mereka pikir ini adalah kasus khusus, yang tidak umum. Padahal, kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Entah mereka benar-benar tidak tahu (karena tidak pernah turun ke lapangan) atau mereka memang pura-pura tidak tahu.

Memang benar, di beberapa sekolah, guru sudah bisa membuat bahan ajar sendiri. Hal seperti ini dapat kita temui di SD Hikmah Teladan Cimahi, SD Semi Palar Bandung, dan berbagai sekolah lainnya, baik sekolah negeri maupun swasta.

Tetapi, berapa persen guru yang memang memiliki kemampuan membuat bahan ajar sendiri? Apakah pemerintah memiliki database itu?

Jangankan membuat bahan ajar sendiri, sejumlah guru bahkan belum tahu caranya memilih mana bahan ajar yang memang edukatif, dan mana yang tidak. Ini dikarenakan tidak semua guru memiliki literasi yang baik.

Pada pelatihan-pelatihan yang pernah diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI), masih sering ditemui guru yang bahkan tidak membaca satu buku pun dalam sebulan. Dalam sebuah seminar IGI pada 2011 lalu, sekitar 500 orang guru mengaku tidak pernah membaca kurikulum. Mereka hanya mengandalkan buku teks yang ada. Boro-boro merancang bahan ajar sendiri!

Meskipun begitu, sebenarnya banyak di antara mereka bersemangat meningkatkan kualitas dirinya. Sayangnya, mereka tidak selalu terfasilitasi dengan baik. Untuk pemerintah sendiri, sebenarnya ada beberapa pertanyaan. Apakah pemerintah benar-benar tahu kondisi pendidikan di lapangan?

Terlepas dari nilai guru pada hasil uji kompetensi guru, apakah pemerintah benar-benar tahu kapasitas guru yang sesungguhnya? Apakah pemerintah tahu bahwa masih banyak guru yang tidak bisa membuat bahan ajar sendiri?

Merasa sudah berbuat sesuatu

Memang, pemerintah sudah merasa "berbuat sesuatu" dengan menyeleksi berbagai buku pelajaran melalui Pusat Kurikulum dan Buku Kementerian Pendidikan Nasional (Puskurbuk). Tentu hal ini patut kita apresiasi. Tetapi, apakah hal tersebut berarti tanggung jawab pemerintah selesai? Apakah pemerintah boleh lepas tangan terhadap apa yang terjadi di dalam kelas?

Seperti diberitakan di Kompas.com (12/4/2012), Diah Hariyanti (Kepala Puskurbuk) mengatakan, "Itu bukan tanggung jawab kami karena LKS diedarkan tanpa harus melewati seleksi Puskurbuk".

Tampaknya, yang dilupakan pemerintah adalah bahwa pemerintah terdiri dari berbagai komponen. Puskurbuk hanyalah salah satu komponen dari pemerintah. Baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dinas Pendidikan Tingkat Kota, Pengawas Sekolah, sampai guru-guru (khususnya yang bergelar PNS), juga merupakan bagian dari pemerintah. Dalam hal ini, mereka bertugas melayani peserta didik sebaik-baiknya, agar semua peserta didik bisa menjadi lebih cerdas dan berkembang potensinya. Nah, apakah pemerintah benar-benar melakukan ini?

Lalu, di mana fungsi pengawas sekolah?

Sebenarnya di dalam sistem pendidikan Indonesia yang sekarang ada fungsi pengawas. Pengawas ini seharusnya bisa berperan banyak untuk mencegah penggunaan bahan ajar yang rendah kualitasnya. Mereka harus memeriksa berbagai dokumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bahan ajar untuk guru.

Tak hanya itu. Mereka juga harus melakukan observasi untuk menilai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas. Kalau observasi, analisa, dan hasil evaluasi mengenai KBM dilakukan secara benar, kasus seperti penggunaan LKS "Istri Simpanan" bisa dihindari.

Setidaknya, pengawas seharusnya tahu sekolah mana yang masih menggunakan LKS atau buku pelajaran yang rendah mutunya. Mereka harus merekomendasikan buku lebih berkualitas dan malah seharusnya membantu meningkatkan kualitas guru, sehingga mereka bisa membuat bahan ajar sendiri.

Di sisi lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional harus mulai membuka mata. Mereka harus mulai mengumpulkan data base berupa berbagai kondisi pendidikan di Indonesia (bukan hanya sekolah yang bagus), mengevaluasi kinerja pengawas sekolah, serta membantu meningkatkan kapasitas guru agar bisa menyeleksi dan membuat bahan ajar sendiri, yang bersifat edukatif tentunya!
 
 ----------------------------
*Oleh: Oleh Dhitta Puti Sarasvati (Direktur Riset dan Pengembangan Program Ikatan Guru Indonesia)

Kamis, 01 Maret 2012

Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak

Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak
Nah, ini adalah tema yang sering ditunggu-tunggu oleh orangtua dan juga sering banyak dikeluhkan orangtua. “Kenapa anak saya ngga senang belajar, maen aja seharian”, keluh seorang Ibu. Para pembaca, percayakah Anda bahwa kehidupan sejati kita manusia adalah seorang pembelajar? Tapi kita sering memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan saat anak belajar (secara tidak sadar) bahkan dulu kita pun mungkin diberikan stimulasi yang salah sehingga belajar itu tidak menyenangkan.

Misalnya, saat anak kita bayi dan berumur 1 tahun. Dia ingin memasukan semua barang yang dapat ia pegang ke dalam mulutnya, benar? Nah yang kebanyakan orang lakukan saat itu adalah berkata “eh… itu kotor, ngga boleh” sambil menarik barang tersebut. Sebenarnya ini adalah perilaku dasar pada saat seorang anak belajar. Kemudian saat dia mulai bisa berjalan, mulai ingin tahu lebih banyak tentang lingkungan sekitar, semakin banyak larangan yang dikeluarkan oleh orangtua ataupun pengasuh. Mungkin karena lelah menjaga anak seharian, sehingga banyak larangan yang dikeluarkan. Padahal ini adalah keinginan mereka untuk tahu (belajar) lebih banyak, mengisi database di otaknya yang masih kosong dan perlu diisi.

Saat mulai bisa berbicara, bertanya ini dan itu. “Ini apa? Kenapa?” Jawaban yang diterima “lha tadi sudah tanya, tanya lagi dasar cerewet” mungkin saat itu pengasuh dan orangtua sedang lelah juga saat menjaganya sehingga malas dan capek untuk memberikan penjelasan dan ini adalah proses belajar seorang anak. Ada barang baru dirumah dan anak ingin memegangnya atau mengetahui lebih dekat, maka kita orangtua dan pengasuhnya menjauhkan barang tersebut darinya, dengan dalih nanti rusak karena barang mahal.

Dari sepenggal contoh diatas siapakah yang membuat anak menjadi malas belajar?

Berikutnya ada seorang anak berusia 8 tahun, sebut saja Aji. Orangtuanya sangat mengeluhkan, bahwa anaknya tidak suka belajar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya jika tidak ada perubahan sikap maka kemungkinan besar Aji tidak naik kelas. Saat bertemu, saya yakin Aji adalah anak yang luar biasa. Sesaat saya bertanya tentang hobi dan kesukaannya saat bermain, dengan cepat saya mengetahui anak ini luar biasa. Sebab setelah saya Tanya tentang hobinya ternyata sepak bola, dan tim kegemarannya adalah Arsenal (Liga Inggris). Dan Aji, hafal seluruh pemain inti dan cadangan Arsenal, berikut pelatih dan asistennya serta nomor punggung pemain, tanggal ulang tahun pemain serta daftar pencetak goal dan assist (pemberi umpan) dan point klasemen liga dan urutannya. Gila, luar biasa! (dalam hati saya) Ngga ada yang salah sama hardware (otaknya), tapi masalahnya sama Software.

Satu orang anak yang sama, otaknya kalau dibuat belajar pelajaran disekolah tidak berfungsi (berhitung, menghafal) tetapi hafal seluruh pemain Arsenal. Apa anak ini bodoh? Tentunya Anda sepaham dengan saya, jawabanya adalah tidak. Anak ini pandai luar biasa. Hanya saja salah perlakuan sehingga ia malas dan tidak suka belajar.

Lalu apa yang saya lakukan untuk mengubah agar software menjadi baik dan membuat anak ini agar mudah belajar? Yang saya perbaiki orangtuanya dahulu, sebab untuk anak seusia Aji, jika terdapat masalah dalam hidupnya berarti orangtua yang akan membantu untuk mengatasi masalah anak tersebut. Saya mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan anak dan sifat dari pikiran anak, serta pentingnya menomor satukan cinta dalam mendidik anak, yang semuanya akan sangat panjang jika saya jelaskan disini.

Berikutnya adalah tips bagaimana agar, anak kita menjadi rajin dan mudah sekali belajar dan sekolah.
  1. Saat pulang sekolah tanyakan “hai sayang, apa yang menyenangkan hari ini disekolah?” Otomatis otak anak akan mencari hal-hal yang menyenangkan disekolah dan ini secara tidak langsung akan memberitahu sang anak bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
  2. Saat anak tidur (Hypnosleep), katakan “makin hari, belajar makin menyenangkan”, “sama halnya dengan bermain, belajar juga sangat menyenangkan”, “mudah sekali bagimu untuk belajar (berhitung, menghafal dll)”.
  3. Jelaskan manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari (sesuai dengan minat anak tersebut) misal: dengan mempelajari perkalian, maka saat liburan naik kelas nanti nanti kamu bisa menghitung berapa harga barang yang akan kamu beli di Singapore dan kamu bisa membandingkannya dengan harga di Indonesia. Jika kamu menguasai conversation dalam bahasa inggris maka kamu akan sangat mudah berkomunikasi dengan pelatih sepak bolamu yang dari Thailand.
  4. Mintalah guru les pelajarannya (jika ada), sering-sering mengatakan bahwa anak kita adalah anak yang hebat dan luar biasa. Pujian yang tulus dan memompa semangatnya jauh lebih penting dari pada mengajarkan tehnik-tehnik berhitung dan menghafal yang cepat. Mintalah bantuan orang-orang sekitar termasuk guru untuk meningkatkan harga diri anak kita.
  5. Jika anak kita masih kecil dan masih suka dibacakan dongeng, bacakan dongeng dengan posisi memangku dia (dengan posisi yang nyaman, serta memudahkan kita orangtua untuk memberikan ciuman kasih sayang atau pelukan sayang) tujuannya agar anak mengkaitkan membaca buku dengan rasa cinta dari orangtua dan buku adalah hal yang sangat menyenangkan.
  6. Gunakan surat rahasia dari orangtua kepada anak, kita bisa berkata “nak, Ibu telah meletakan surat rahasia buat kamu. Cuma kamu dan ibu yang tahu isinya. Ibu letakan dibawah bantal tidurmu, bacalah setelah makan ya”. Isinya bisa berupa kata-kata yang menyemangati anak dalam kegiatan belajar dan sekolahnya.
Semoga bermanfaat...

Selasa, 28 Februari 2012

Pendidikan Karakter Tak Bisa Sekejap Mata

Pendidikan Karakter Tak Bisa Sekejap Mata
JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan karakter pada anak penting diterapkan sejak dini. Hasilnya memang tak akan terlihat seketika. Direktur Sekolah Karakter Wahyu Farrah Dina mengungkapkan, hasil pendidikan karakter yang diberikan sekolah kepada murid tak lantas bisa terlihat dalam jangka pendek. Bisa saja terlihat pada waktu murid beranjak remaja atau saat dewasa.

"Dan prosesnya enggak langsung oke semua. Cuma kita sudah melakukan proses ke sana (untuk mendidik murid berperilaku baik)," ucap Wahyu kepada Kompas.com, di Jakarta, Sabtu ( 25/2/2012 ).

Wahyu menjelaskan, bisa jadi ada sleeper effect (efek tidur). Maksudnya, pendidikan karakter bisa terpendam pada diri seorang murid dan akan muncul pada suatu waktu, misalnya, ketika anak menjadi dewasa.

"Sleeper effect, kalau misalnya pas di SD tidak terlalu terlihat tetapi pas dewasa bisa kelihatan. Kita enggak bisa saklek berhasil saat itu juga," tegas Wahyu.

Selain ada efek tidur, ia mengungkapkan, berhasil atau tidaknya pendidikan karakter diserap dan berkembang dalam diri anak juga tergantung dengan lingkungan pergaulannya. Menurut dia, pendidikan karakter bisa gagal, salah satunya, ketika si anak mendapat tekanan baik itu dari orangtua atau pun lingkungan sekitarnya.

Ketika anak sering mendapatkan pukulan atau hukuman dari orangtua, maka yang tertanam adalah pendidikan karakter yang tidak baik. Selain orangtua, jenis permainan seperti video game ternyata juga berpengaruh besar.

Sekalipun agak sulit dibandingkan, Wahyu mengatakan, pernah dilakukan penelitian, dan hasilnya memperlihatkan TK yang menggunakan kurikulum pendidikan karakter menghasilkan murid yang berperilaku lebih baik ketimbang TK biasa.

"Ketika anak berada di kelas 4 SD, ia lebih baik. Efek tidur semakin baik dan semakin baik," kata dia.

Selain hasil akademis yang baik, indikator yang bisa dipakai untuk memperlihatkan berhasil atau tidaknya pendidikan karakter di sekolah adalah kian sedikit atau bahkan tidak adanya catatan kejahatan, seperti aksi tawuran pelajar.

Senin, 20 Februari 2012

Memahami Kebutuhan Emosional Anak

Memahami Kebutuhan Emosional Anak
Anak dan remaja lebih dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Emosi ini menjelaskan mengapa anak dan remaja berperilaku demikian, termasuk perilaku yang merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi mereka, sebaiknya kita pahami lebih dulu emosi yang mengendalikan mereka dan memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran yang lebih memperdayakan.

Berikut adalah ketiga kebutuhan emosional anak:

1. Kebutuhan untuk merasa AMAN

Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan soerang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya. Remaja mencari rasa aman dengan bergabung dengan sekelompok “geng” atau sekumpulan teman sebaya mereka, terlibat aturan sosial diantara mereka, serta meniru perilaku temannya.

Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki tangki cinta psikologis yang harus diisi, lebih tepatnya jika anak maka orangtuanya yang sebaiknya mengisi. Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.

Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang bermain computer. “berhenti maen computer dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dibenak anak? Mungkin “Hmpf… Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta keasyikanku” Nah, anak menerimanya sebagai hal yang negatif, komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan orangtua dan anak, serta guru.
“Mencintai anak tidak sama dengan anak merasa dicintai”
Apa yang menyebabkan kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi?
  • Membandingkan anak dengan saudara atau orang lain

Ketika kita mengatakan “mengapa kamu tidak bisa menjaga kebersihan kamar seperti kakakmu”, “kenapa kamu tidak bisa menulis serapi Rudi”. Akan tumbuh perasaan ditolak, tidak diterima, mereka akan berpikir “papa/mama lebih suka dengan…” hal ini menumbuhkan sikap tidak suka dengan dirinya sendiri dan ingin menjadi orang lain. Mereka merasa aman dengan menjadi orang lain, bukan merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri.
  • Mengkritik dan mencari kesalahan

Ketika kita mengatakan: “dasar anak bodoh, apa yang salah denganmu? Kenapa kamu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar?” Dapat dipastikan, akan menimbulkan perasaan dendam, tidak ada rasa aman dilingkungan rumah (jika hal ini sering terjadi dirumah).
  • Kekerasan fisik dan verbal

Saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi, hal ini sudah banyak kita temui di surat kabar dan berita ditelevisi, dan bahayanya atau akibatnya juga sering kita temui di media tersebut. Jika tidak ada rasa aman dalam rumah, maka seorang anak akan mencari perlindungan untuk memenuhi rasa aman mereka disemua tempat yang salah. Dan anak akan melakukan apa saja untuk mendapatkan rasa aman ini, mencari perhatian dengan cara yang salah.

2. Kebutuhan akan pengakuan (merasa penting) dan diterima atau dicintai

Jarang sekali orangtua membuat anak-anak mereka merasa penting dan diakui dirumah. Sebaliknya banyak orangtua yang membuat anak mereka merasa kecil dan tidak berarti dengan ancaman: “lebih baik kerjakan PR-mu sekarang, atau…”

Apa yang ada dalam pikiran anak jika diperlakukan seperti itu? Kita orangtua justru senang jika anak melakukan hal yang kita perintah, tapi yang ada dipikiran anak adalah mereka merasa kalah dengan melakukan apa yang diperintahkan orangtua dengan cara seperti itu. Sehingga banyak anak yang menunda atau tidak mengerjakan apa yang ditugaskan orangtua (bahkan dengan ancaman sekalipun) untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya akan pengakuan.
 Peringatan keras bagi orangtua: Jika anak-anak tidak merasa dicintai dan diterima oleh orangtua, mereka akan terdorong untuk mencarinya disemua tempat yang salah.

Keinginan seorang anak untuk diakui dan ingin dicintai begitu kuat, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Jika mereka tidak mendapat pengakuan dengan cara yang benar maka akan menemukan dengan cara yang salah dan ditempat yang salah. Kebutuhan ini mendorong beberapa anak dan remaja untuk menggunakan tato, mengganggu anak lain, bergabung dengan geng pengganggu, mengecat rambut dengan warna menyolok, bertingkah laku seperti badut dan pelawak. Hal ini umumnya menyusahkan mereka sendiri, tetapi demi mendapatkan pengakuan dan diterima (mendapatkan perhatian).
Ada kasus ekstrim pada 16 april 2007, seorang siswa US Virginia Tech, Cho Seng-hui. Menembak dan menewaskan 32 siswa. Apa yang mendorong perilaku tersebut, sehingga dia melakukan hal yang begitu luar biasa gila? Dia melakukan hanya karena kebutuhan pengakuan dan rasa pentingnya begitu besar, tetapi tidak terpenuhi oleh orang-orang yang mengabaikannya dan menghinanya. Hal itu memaksanya keluar dari dunia logika dan merenggut nyawa orang lain serta dirinya sendiri, dalam pikirannya dia berpikir lebih baik mati bersama nama buruk dari pada hidup bukan sebagai siapa-siapa.
3. Kebutuhan untuk mengontrol (merasa mandiri atau keinginan untuk mengontrol)
Seiring pertumbuhan anak, sembari mencari identitas diri dan sambil belajar membangun kemandirian dari orangtua. Proses ini menciptakan kebutuhan emosional untuk bebas dan mandiri.

Jadi itu sebabnya anak tidak mau didikte untuk apa yang harus dilakukan. Mereka merasa tidak “gaul” mendengarkan orangtua. Dengan mendengarkan nasihat orangtua mereka seakan diperlakukan seperti anak kecil. Ini menjelaskan mengapa anak lebih mendengarkan teman mereka dan om atau tante (paman atau bibi) yang masih muda dari pada orangtuanya sendiri.

Orangtua yang cerdas, tidak akan menyerah menghadapi hal ini. Bagaimana caranya memberikan arahan dan agar anak mau mendengar orangtua? Gunakan komunikasi yang tidak bermaksud memaksa anak dengan nasihat kita. Buatlah seakan-akan mereka belajar dan bekerja keras untuk diri mereka sendiri bukan untuk kita. mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dengan cara seperti itu. Dan yang terpenting adalah memenuhi tangki cinta anak kita setiap hari dan memastikan selalu penuh saat bangun anak bangun tidur dan menjelang tidur. Dengan begitu anak tahu siapa yang paling mengerti dan sayang, serta kepada siapa dia akan datang pada saat membutuhkan seseorang untuk mendengar, yaitu kita orangtuanya.

Ambilah manfaat dari informasi ini, kenali kebutuhan emosi anak kita. Pekalah dimana saat anak membutuhkan penerimaan, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu, serta butuh untuk aman. Gunakan kata-kata yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, berikut tips dan cara memenuhi kebutuhan emosi dasar seorang anak:
1. Rasa aman:
  • Tenang sayang kamu aman bersama papa, mama akan temani kamu, hey… papa disini bakal jaga kamu sayang
2. Rasa penerimaan atau dicintai:
  • Biasakan menatap mata saat berbicara pada anak, usahakan tatapan mata adalah datar atau “mata sayang”
  • Sentuh bagian bahu saat berbicara atau bagian manapun asal sopan, untuk menunjukan bahwa kita ada bersama dan dekat dengan anak
  • Usahakan sejajar (berdiri sejajar dengan anak atau berlutut)
  • Katakan: apapun yang terjadi papa/mama tetap sayang sama kamu, kamu tetap jagoan papa/mama, dimata papa/mama kamulah yang paling cantik
3. Kebutuhan untuk mengontrol:
  • Jika memungkinkan, jika anda melihat anak anda perlu untuk melakukan sesuatu sendiri maka ijinkanlah
  • Sebenarnya itu adalah proses belajar untuk dirinya sendiri dan akan sangat bermanfaat dimasa dewasa
  • Harga diri anak akan semakin tinggi, jika kita rajin memberikan kontrol kepada anak, karena anak merasa mampu melakukan kegiatan tanpa bantuan (tentunya kegiatan yang aman sesuai dengan kebijaksanaan orangtua)
  • Luangkan waktu khusus untuk beraktivitas dan memberikan kontrol dan mengawasinya dengan kasih sayang, misal: anak umur 2-3 tahun minta makan sendiri, pergi ke sekolah sendiri, dan lain-lain

Kamis, 16 Februari 2012

Kenaikan Gaji PNS (PP No.15 Tahun 2012)

Kenaikan Gaji PNS (PP No.15 Tahun 2012)

Ini mungkin berita tahunan yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh para Pegawai Negeri Sipil. Pada tanggal 6 Februari 2012 lalu, Presiden RI telah menetapkan dan menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Gaji Pegawai Negeri Sipil, beserta lampirannya, yang diberlakukan sejak 1 Januari 2012.

Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Kiagus Badaruddin,  sebagaimana dirilis oleh Antara.News,  bahwa besarnya kenaikan Gaji Pegawai Negeri Sipil ini sekitar 10 persen dan rapel akan dibayarkan pada  bulan Maret 2012 mendatang. Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, menyebutkan bahwa gaji tersebut di luar tunjangan keluarga yang besarnya untuk istri/suami sebesar 10% dari gaji pokok dan anak 2% dari gaji pokok, tunjangan pangan sebesar nilai beras per 10 kg per orang, tunjangan jabatan untuk pejabat struktural maupun fungsional serta tunjangan umum untuk yang tidak memegang jabatan struktural maupun fungsional.

Berdasarkan tabel lampiran Peraturan ini, tampak gaji terendah yang diterima seorang PNS adalah sebesar Rp. 1,260,000,-  yaitu bagi  PNS golongan II.a dengan Masa Kerja 0 Tahun, sedangkan gaji tertinggi sebesar Rp.  4,603,700,- bagi  PNS golongan IV.e dengan Masa Kerja 32 Tahun atau lebih.

Sesuai dengan konsideran isi peraturan ini bahwa perubahan gaji  ini dalam rangka meningkatkan daya guna,  hasil guna dan  kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. 

Namun di lain pihak, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar, mengatakan bahwa kenaikan gaji PNS ini bersifat umum. “Itu umum saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan seperti tunjangan kinerja,” kata Azwar kepada Jawa Pos .

Ungkapan ini sepertinya memberikan sinyal pesimistik kepada  kita bahwa  kenaikan gaji ini tampaknya tidak akan banyak berkolerasi dengan kinerja PNS.
Bagaimana menurut Anda?

Berikut link Download PP dan lampirannya:

Selasa, 14 Februari 2012

Urgensi Pendidikan Karakter

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni
intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Memahami Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
  1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
  2. Kemandirian dan tanggungjawab;
  3. Kejujuran/amanah, diplomatis;
  4. Hormat dan santun;
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras;
  7. Kepemimpinan dan keadilan;
  8. Baik dan rendah hati, dan;
  9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Dampak Pendidikan Karakter

Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.

Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Senin, 16 Januari 2012

Tentang UN SD dan MI (Permendiknas No.2 Tahun 2011)

Tentang UN SD dan MI (Permendiknas No.2 Tahun 2011)
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 65 ayat (6) dan Pasal 67 ayat (3)  Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar  Nasional Pendidikan,  pemerintah melalui Mendiknas telah mengeluarkan peraturan tentang Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Luar Biasa untuk Tahun Pelajaran 2010/2011, yang dituangkan dalam Permendiknas No.2 Tahun 2011, yang ditandatangani oleh Mendiknas per 17 Januari 2011.
 
Secara garis besarnya, peraturan ini memuat tentang:
  • Ketentuan Umum Ujian
  • Hak dan Persyaratan Peserta Ujian
  • Pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah
  • Pelaksanaan Ujian Nasional
  • Kelulusan Peserta Didik
  • Pelaporan
  • Biaya
  • Sanksi
Bagi Anda yang ingin mengunduh peraturan ini, silahkan saja klik  link berikut:

Drs. SUPRIADI, MSI

Republika Online - Pendidikan RSS Feed

KOMPAS.com - Edukasi

  © The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008 modified by DeJaka

Back to TOP