Kamis, 03 Mei 2012

Rem Sikap Buruk Anda di Depan Anak

Kerap kali orang tua dan kaum dewasa melakukan beberapa hal dengan atau tanpa sengaja di depan anak. Bila itu baik, tak masalah. Namun jika jelek, kontan menjadi contoh buruk bagi anak-anak dan pemuda di lingkungan setempat.

"Bilang saya tidak ada di rumah," begitu kadang para orang tua berpesan kepada pasangannya, pembantu, bahkan pada anak mereka sendiri ketika telepon berdering.Meski kita menganggap sepele, namun kita sudah memberi contoh bagaimana berbohong kepada anak.

Ketika mereka melihat orang tua berbohong dengan mudah, mereka pun akan berkata pada diri sendiri, "Boleh kok berbohong. Ayah dan ibu juga melakukan itu,".

Orang tua harus lebih sadar akan peran sebagai contoh bagi anak-anak. Soal telepon misal, kita bisa menghindari 'kebohongan sepele berakibat besar' dengan mengeset identitas pemanggil dalam ponsel anda.

Bila itu telepon rumah, cukup beri pesan pada pengangkat telepon jika anda tidak bisa berbicara saat ini, atau tak usah diangkat Bukan sebaliknya meminta orang yang di rumah atau bahkan anak untuk mengatakan anda tidak ada dirumah. Pikirkan cara apa pun, tapi tidak pernah berbohong.

Banyak hal-hal kecil lain yang orang dewasa lakukan sesungguhnya memberi contoh buruk tanpa mereka pernah sadari. Mengingatkan diri adalah salah satu cara jitu orang tua terhadap peran mereka. Memang manusia tak luput dari alpa, namun ada beberapa wilayah 'merah' di kehidupan kita sehari-hari yang terutama, sebisa mungkin harus dijaga. Berikut yang perlu dihindari, saran dari situs keluarga islami, Zawaj.com

Membuat janji salah kepada anak

Contoh sederhana, orang tua tidak seharusnya berkata, "Saya akan belikan kamu es krim bila kamu jadi anak baik,". Terlebih jika anda tidak benar-benar bermaksud mengajak mereka ke toko es krim. Itu juga bentuk kebohongan. Bila anda melakukan, anak-anak akan kehilangan rasa percaya terhadap semua yang kita katakan.

Adu mulut dengan pasangan di depan anak.

Bayangkan,apa yang dirasakan anak-anak melihat ibu dan ayah mereka berteriak satu sama lain, apalagi sampai saling memukul? Horor mencekam macam apa yang mereka rasakan saat itu. Bagaimana pula mereka tahu apa yang harus dilakukan dan mengatasi perasaan usai kejadian Akankah mereka bisa merasakan hubungan penuh kasih dengan ayah dan ibu setelah melihat orang tua mereka bersikap kasar dan menyakiti satu sama lain?

Jika kesalahan terlanjur terjadi dan anda sadar kemudian, segera perbaiki. Pastikan anda ikut sertakan anak anda bahkan meminta maaf kepada mereka atas sikap anda sebagai orang tua yang tidak matang dan tidak Islami tersebut. Insya Allah, mereka akan menghargai kita. Hanya perhatikan syarat utama, akuilah anda salah di depan anak dan lakukan dengan tulus.

Mengolok orang lain.

Pernahkan anda tiba-tiba di depan anak anda berkata, "Hei lihat itu si jelek di sana..ha ha ha,". Sebaiknya segera singkirkan itu, atau bisa-bisa anak-anak dapat menganggap itu perilaku yang sah-sah saja. Suatu saat ketika tiba-tiba pula anda melihat anak anda berkomentar buruk tentang orang lain dan yang dikomentari merasa dipermalukan, anda mesti ingat, bisa jadi andalah yang mengajari mereka bertingkah seperti itu.

Menggosip

Kita tidak boleh menggosip atau berkata jahat tentang orang lain dibelakang mereka. Meski si korban gosip mungkin tak mendengar, tapi anak kita mungkin mendengar. Lagipula bergosip dilarang kerasa dalam agama. Mereka akan melihat kita, orang tua, memakan daging saudara dan saudari yang kita gosipkan, dan itu sangat mempengaruhi mereka di berbagai arah.

Ada beragam reaksi anak, mereka mungkin akan menanggap itu sekedar perilaku normal, namun dalam kadar ekstrim, mereka bisa-bisa muak dengan orang tua mereka karena berperilaku macam itu. Baik di kedua sisi anak anda akan terpengaruh secara negatif.

Mendengar siaran radio atau tayangan TV buruk

Ke depan, ketika anda mengatakan kepada anak untuk tidak menonton acara penuh kekerasan dan adegan seronok di TV, namun orang tua lanjut-lanjut saja, mereka akan melihat kita munafik. Anak bisa kehilangan rasa hormat gara-gara itu.

Orang tua memang harus berupaya keras, karena apa yang diperbuat orang tua akan memiliki dampak besar terhadap perilaku anak. Tentu anda tidak ingin mendengar anak anda berdalih, "Ini bukan yang dikatakan ayah dan ibu, tapi ini apa yang dilakukan ayah dan ibu,"

Membesarkan anak memang tanggung jawab luar biasa besar. Namun bila ingin berhasil, antara tindakan dan kata-kata mestilah sebangun. Sebagai manusia memang tak luput dari kesalahan. Tapi sebisa mungkin, jangan lakukan di depan anak.

Sumber: republika.co.id

Rabu, 02 Mei 2012

Sambutan Mendikbud Pada Hari Pendidikan Nasional 2012

SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2012
RABU, 2 MEI 2012

Logo Hardiknas 2012

Assalamualaikum warahamtullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan dan kecintaan sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.

Melalui peringatan ini, perkenankan saya, atas nama Pemerintah, ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya atas segala ikhtiar, kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan. Dalam kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan ‘’Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2012”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan menjadi semakin berkualitas dan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan semakin terbuka dan dapat segera terwujud.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada peringatan Hari Pendidkan Nasional tahun ini, kita patut bersyukur karena bidang kebudayaan telah kembali ke “rumah besar” pendidikan setelah terpisah lebih dari sepuluh tahun. Kementerian ini, terhitung sejak 20 Oktober 2011 lalu telah berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011, tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Sejatinya, kebudayaan memang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Demikian pula sebaliknya, pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Ibarat dua keping mata uang. Yang satu dengan lainnya memiliki makna dan nilai yang sama; tidak bisa dipisahkan karena di dalam proses pendidikan ada penanaman nilai-nilai budaya menyertainya.

Sudah tentu tambahan amanah ini jangan diartikan sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk menyempurnakan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antarperadaban atau terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.

Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kita semua harus bersyukur bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga .

Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Sudah tentu hal ini tidak kita inginkan.

Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Untuk mempersiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistemiatis, yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu, mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal (PMU) yang insya Allah akan dimulai tahun 2013.

Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik.

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Akhirnya, kami mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita tanam dan semai dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal kebajikan.

Kita semua ingat ungkapan bijak, ”Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meskipun kamu tahu esok akan mati.” dan “Siapa yang menanam, dia yang akan memetik”. Marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu.
Amin. Terima kasih.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Jakarta, 2 Mei 2012
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan



Mohammad NUH

Note: Pidato dalam format pdf bisa di download disini.

Drs. SUPRIADI, MSI

Republika Online - Pendidikan RSS Feed

KOMPAS.com - Edukasi

  © The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008 modified by DeJaka

Back to TOP